Quote of The Day

Membaca & menulis adalah kebiasaan, sebuah hasil akhir dari pembiasaan yang terbentuk karena terus menerus mengondisikan diri untuk melakukan dua aktifitas itu. Daripada terbiasa hal lain lebih baik membiasakan diri membaca & menulis.

Pemilik Blog

Muhammad Ali Murtadlo, Salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi Tahun 2010, di Jurusan Ahwalus Syakhsiyah (AS), Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir di Teleng, Sumberejo, Bojonegoro pada 19 Maret 1993 M. Setelah lulus dari Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah (MII) Teleng, melanjutkan pendidikan menengah pertama dan atas selama enam tahun di MAI At-Tanwir, Talun, Bojonegoro. Saat ini sedang giat menulis Artikel, Opini, Esay, Resensi, maupun Puisi. Tulisannya pernah dimuat di beberapa media seperti, Republika, Bali Post, Suara Karya, Sumut Post, Metro Riau, Radar Surabaya, Harian Surya, Duta Masyarakat, Harian Bhirawa, Kabar Indonesia, Rima News, Okezone.com, Lintasgayo, Haluan Kepri,Nu Online, Era Madina dan dimuat di beberapa buletin kampus. Bisa dihubungi di +6285730723885 atau ali_murtadlo22@yahoo.com
Powered by Blogger.
Topics :

Labels

Saturday 28 December 2013
Judul : Tes Buta Warna untuk Segala Tujuan
Penulis : Dwi Sunar Prasetyo
Penerbit : Saufa (Diva Press)
Tebal : 68 Hlm
Cetakan : Pertama, Oktober 2013
ISBN : 978-602-279-073-0

Anda pernah gagal masuk universitas idaman hanya karena tidak lulus tes buta warna? Atau tidak diterima kerja hanya gara-gara salah menyebut warna? Sekarang jangan khawatir, bersama buku ini Anda dapat berlatih secara intensif dan memahami seluk-beluk tes buta warna. Sehingga, Anda akan semakin siap dan tidak akan canggung lagi saat menghadapi tes yang sesungguhnya.
Tes buta warna merupakan salah satu tes khusus yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin bekerja di departemen atau perusahaan tertentu, atau tes bagi calon mahasiswa yang akan melanjutkan studinya ke jurusan tertentu. Bahkan, beberapa jenis pekerjaan dan universitas mewajibkan pelamar dan calon mahasiswanya untuk dapat lolos dalam tes yang satu ini. Tak heran, banyak orang yang gagal meraih impiannya hanya karena tak mampu menyelesaikan tes buta warna dengan baik.
Buta warna atau dikenal dengan istilah defisiensi warna adalah ketidakmampuan untuk melihat warna atau melihat perbedaan warna dalam kondisi pencahayaan normal. Penyebab paling umum dalam hal ini adalah kesalahan dalam pengembangan satu atau lebih set kerucut retina yang berfungsi menyerap cahaya warna dan mengirimkan informasi tersebut ke saraf optik. Ada dua jenis buta warna, yaitu mereka yang kesulitan membedakan antara merah dan hijau (protanopia) dan yang memiliki kesulitan membedakan antara biru dan kuning (tritanopia). (hal. 16)
Buta warna akan berimplikasi pada pekerjaan seseorang. Orang yang buta warna secara sah atau praktis dilarang bekerja di mana persepsi warna adalah bagian terpenting dari sebuah pekerjaan (misalnya pencampuran warna cat), atau di mana persepsi warna sangat penting untuk keselamatan (misalnya kendaraan yang beroperasi dalam menanggapi kode sinyal warna). Selain itu orang yang buta warna akan sulit mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Karena pengemudi kendaraan bermotor harus mampu mengenali sinyal kode warna, seperti lampu lalu lintas, lampu peringatan dan rambu-rambu lalu lintas lainnya. (hal. 18)
Dalam buku setebal 68 halaman ini disajikan pula 24 plat (piringan) yang diadaptasi dari tes Colour-Blindnees Ishihara, tes yang kerap dijadikan standar tes buta warna. Masing-masing plat berisikan pola-pola tertentu yang tersembunyi. Disajikan dalam format full colour sehingga memudahkan pembaca memahaminya.
Penulis buku ini, Dwi Sunar Prasetyono adalah Alumnus Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Dia telah banyak menulis buku-buku tentang tutorial psikotes untuk berbagai tujuan, dari masalah anak-anak hingga departemen pemerintahan, sehingga tidak diragukan kapasitasnya.
Mempelajari buku ini semata-mata bukan hanya untuk mengetahui apakah kita buta warna atau tidak. Akan tetapi ada sisi positif yang lain. Kita akan tahu penyebab bisa terjadinya buta warna dan solusi untuk mengatasinya. Sehingga kita bisa berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan mata. Selamat membaca.
Peresensi : Muhammad Ali Murtadlo, Pecinta Buku, Tinggal di Surabaya
Friday 13 December 2013


Judul Buku      : Mr. Ambassador; Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar
Penulis             : M. Indro Yudono
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, Agustus 2013
Tebal               : xxii + 260 Hlm
ISBN               : 978-979-22-9803-1
Peresensi         : Muhammad Ali Murtadlo*)


Menjadi diplomat adalah profesi yang diincar banyak orang. Karena selain bekerja, ia dapat menikmati hidup di negeri orang lain. Namun, menjadi diplomat tidaklah mudah. Seorang diplomat dituntut harus mempunyai kemampuan yang memadai. Unsur kemampuan pribadi menjadi penting bagi keberhasilan seorang diplomat. Penguasaan bahasa asing dan kemampuan bergaul serta mengemukakan argumentasi yang meyakinkan bagi lawan bicara menjadi syarat wajib bagi diplomat. Selain itu, seorang diplomat harus dapat berkomunikasi dengan baik, karena esensi penting dari seorang diplomat adalah mempengaruhi atau memikat negara lain agar mau berunding dan melakukan kerja sama.
Berbicara tentang diplomasi, penting kiranya belajar dari orang yang sudah berpengalaman menjadi diplomat. Buku “Mr. Ambassador; Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar” ini hadir untuk menambah cakrawala baru bagi diplomat muda. Buku ini ditulis oleh M. Indro Yudoyono, seorang mantan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang pernah bertugas di KBRI Swiss. Dikemas dengan bahasa kisah yang ringan dan penuh pengetahuan baru tentang dunia diplomasi. Buku ini berisi mengenai berbagai hal yang dialami sendiri oleh penulisnya.
Kisahnya berawal dari “Hitch Hiking” (melakukan perjalanan dengan menumpang/tidak bayar) semasa dia masih duduk di bangku SMA 6 C Yogya untuk melihat Bali melalui jalur darat. Perjalanan melalui cara yang tidak wajar itu mulai dilakukan ketika Indro mengirim surat kepada bapaknya yang intinya meminta ongkos perjalanan Yogya-Bandung. Tapi dijawab oleh bapaknya, “Kalau mau ke Bandung ya usaha sendiri, kalau cuma minta uang semua orang bisa”. (Hal. 1) Semenjak itulah Indro belajar mandiri dan tidak menggantungkan orang tua.
Kemudian berlanjut mengisahkan peristiwa G 30 S, petualangan menjelajah Indonesia sebagai Wartawan foto IPPHOS (Indonesia Press Photo Service), melihat Papua tahun 1966 sampai ke Pulau Marore, Pulau terluar Indonesia. Perjalanan itulah yang mendasari Indro untuk menjadi seorang diplomat.
Ketika menjadi Duta Besar di Swiss Indro mendapat pujian dari Jaya Suprana. Pianis Internasional yang sukses mengadakan resital tunggal di Swiss itu mendapat piagam penghargaan atas rekor resital piano tunggal yang paling banyak di hadiri oleh duta besar yang bertugas di Ibu Kota Swiss. Penghargaan itu tidak bisa lepas dari peran Indro sebagai Dubes Indonesia di Swiss. Pasalnya, para dubes dari negara lain begitu menghargai dan menghormati Dubes Indonesia yang terbukti sangat popular di kalangan para dubes dari segenap pelosok dunia yang bertugas di Bern, Swiss. (hal. xv)  
Selain itu, Indro menjadi salah satu orang beruntung yang bisa bertemu secara langsung dengan keenam Presiden Republik Indonesia. Dengan Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono dia pernah berjabat tangan. Pengalamannya itu kemudian dikisahkan apik dalam “Bertemu Dengan Semua Presiden RI, dari Presiden Pertama sampai Presiden Keenam”. (hal. 228)
Ada beberapa kisah lain yang mengisahkan pengalaman Indro. Seperti, “Event Organizer Sekretariat Nasional ASEAN, At the End… Mr. Ambassador!, Courtesy Call, Lain Indonesia, Lain Swiss, Petualangan-Petualangan Indonesia di Luar Negeri, dan Harta Soeharto di Swiss”. Judul yang terakhir mengisahkan kemungkinan adanya harta Pak Harto yang disimpan di Bank Swiss. Bank yang dikenal dunia sebagai bank yang piawai menyimpan rahasia. (Hal. 251)
 Melalui 23 kisah-kisah inspiratif ini Indro membawa kita ke dalam kisah petualangan hidup dan karier yang unik nan mengagumkan. Pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 18 Maret 1942 itu telah berkarya di beberapa tempat di luar negri. Diantaranya di KBRI Canberra pada tahun 1978-1982, Konsulat Jenderal RI (KJRI) Chicago tahun 1985-1989, KJRI Hamburg tahun 1991-1994 lalu tahun sesudahnya, yaitu tahun 1995-1998 diangkat langsung sebagai wakil dubes pada KBRI Bonn-Jerman Barat. Puncak kariernya adalah sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Bern-Swiss, membawahi Kepangeranan Liechtenstein pada tahun 2001-2005.
Dia tidak hanya berhasil melakukan tugasnya dengan professional, tetapi juga mencerminkan watak, karakter dan pribadi seorang diplomat yang berfikir matang sebelum bertindak. Selamat membaca!

*) Pustakawan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

#dimuat di Radar Surabaya, (Minggu, 08 Desember 2013)


Judul Buku                  : Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid
Penulis                         : Mastur Faizi
Penerbit                       : Diva Press
Cetakan Pertama         : Agustus 2013
Tebal                           : 270 Halaman
ISBN                           : 978-602-255-144-7
Peresensi                     : Muhammad Ali Murtadlo*)

Siapapun, pasti pernah beranggapan bahwa pelajaran eksakta, seperti matematika, fisika, biologi atau kimia adalah pelajaran sulit yang butuh bersusah payah mempelajarinya. Pelajaran ilmu pasti itu dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan dan membosankan. Sehingga, tak ayal jika mayoritas siswa membenci mata pelajaran ini. Bahkan, guru yang mengampu pelajaran eksakta pun ikut terkena imbasnya. Mereka dianggap sebagai momok.
Tidak bisa dipungkiri, mempelajari ilmu eksakta memang butuh keseriusan dan ketelitian yang tinggi. Sehingga banyak yang menilai bahwa menekuni bidang studi ini membuat kepala pusing dan mengakibatkan rambut rontok. Namun sejatinya, belajar ilmu apapun jika sudah mengerti caranya akan menjadi mudah.
Dalam proses belajar mengajar, peran guru tentu sangat urgen. Guru sebagai penyambung ilmu pengetahuan dituntut untuk bisa memahamkan muridnya tentang suatu ilmu. Untuk itu guru harus mengusai berbagai metode agar ilmu pengetahuan dapat tersalurkan kepada siswa dengan baik. Di sinilah metode pembelajaran sangat diperlukan. Terutama bagi seorang guru.
Berbagai metode dapat dipilih oleh guru untuk melangsungkan proses belajar mengajar bersama para siswa dengan lebih efisien dan mengena. Buku ini hadir untuk memaparkan berbagai macam metode agar belajar ilmu eksakta menjadi mudah dan menyenangkan. Penulis buku ini, Mastur Faizi, menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan jalan atau cara yang ditempuh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. (hal. 20). Artinya, pembelajaran yang dilakukan dengan cara yang sesuai, maka tujuan pembelajaran itu akan tercapai.
Secara khusus, Mastur mengatakan bahwa metode pembelajaran ilmu eksakta adalah sejumlah langkah teratur, terencana, dan terprediksi untuk mencapai peningkatan kesuksesan proses belajar-mengajar dalam bidang eksakta, yang tentu tidak sama dengan bidang pelajaran noneksakta.
Metode pembelajaran memang tidak ada yang dibuat khusus untuk eksakta. Akan tetapi guru berhak memodifikasi metode pembelajaran berdasarkan kapabilitasnya dalam mengajarkan eksakta. Setiap mata pelajaran eksakta tidak sama persis dengan mata pelajaran eksakta lain. Matematika tidak sama dengan fisika, begitu juga biologi tidak sama dengan kimia. Tetapi, semua itu memiliki satu ciri khas kepastian sama, yang tidak ada dalam materi pembelajaran ilmu noneksakta.
Secara garis besar, buku ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan tentang arti metode pembelajaran, cara memilih metode pembelajaran dan tentang dasar-dasar keterampilan dalam pembelajaran sains. Bagian kedua memaparkan pentingnya media dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan bagian ketiga berisi metode-metode pembelajaran eksakta seperti metode untuk mempelajari matematika, fisika, kimia dan biologi.
Misalnya, dalam mempelajari matematika, kita akan dikenalkan dengan beragam metode. Seperti metode ceramah matematika, metode ekspositori matematika, metode demonstrasi matematika, metode tanya jawab, metode penugasan, metode eksperimen, dan lain sebagainya. Selain itu, kita juga akan dikenalkan dengan metode kreatif pembelajaran matematika seperti metode kumon, sakamoto, paikem dan sebagainya. Begitu juga dengan metode dalam mempelajari fisika, kimia dan biologi. Kita akan dikenalkan dengan beragam cara menarik lainnya.
Untuk itu, buku ini patut dibaca oleh siapapun yang menggeluti ilmu eksakta, khususnya pengajar ilmu eksakta agar siswa dapat memperoleh pelajaran dengan cara yang kreatif, inovatif, cerdas sekaligus menyenangkan. Sehingga diharapkan tidak ada lagi yang merasa takut untuk mempelajari ilmu yang satu ini. Selamat membaca!

*)Aktivis Gerakan IAIN Sunan Ampel Menulis (GISAM) Surabaya.

#dimuat di Radar Surabaya (Minggu, 10 November 2013)


Judul               : Negeri di Ujung Tanduk
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Ketiga, Mei 2013
Tebal               : 360 Halaman
ISBN               : 978-979-22-9429-3
Peresensi         : Muhammad Ali Murtadlo*)


Negeri ini memang dipenuhi oleh para mafia. Mulai dari mafia kelas teri hingga kelas kakap. Mulai mafia politik hingga mafia hukum. Semua lengkap. Buku ini hadir untuk menyingkap sisi gelap dunia mafia. Terutama para mafia politik dan mafia hukum.
Negeri di Ujung Tanduk (NDUT) adalah sekuel novel karya Tere Liye sebelumnya yang berjudul Negeri Para Bedebah (NPB). Dalam NPB, Tere menceritakan kehidupan Thomas, seorang konsultan ekonomi yang berhasil menyelamatkan Bank Semesta dari kolaps (pembubaran).
Berbeda dengan NPB, dalam NDUT, Tere mengungkapkan sisi gelap dari hukum dan politik. Novel ini merupakan representasi dunia politik Indonesia dengan segala carut-marutnya. Covernya dengan segala rupa manusia dengan tingkah polah monyet, menganalogikan bahwa dunia politik kita penuh dengan topeng dan segala kepura-puraan. Cerita ini menarik karena bersetting di Jakarta, Hongkong, Makau dan Denpasar serta berlangsung hanya dalam waktu empat hari. 
Tokoh utamanya tetap Thomas. Namun, Thomas dalam NDUT berbeda dengan Thomas yang menjadi tokoh dalam NPB. Thomas dalam NDUT adalah seorang konsultan politik bergelar master politik dari Universitas ternama di Amerika. Dia menjadi narasumber utama dalam berbagai konferensi politik di beberapa negara, khususnya di negera kawasan Asia Pasifik.
Misi utama Thomas adalah mengungkap mafia hukum dan politik di Negeri yang di sebut dengan Negeri di Ujung Tanduk. Negeri di Ujung Tanduk diartikan sebagai negeri di ambang kehancuran lantaran banyak penduduknya yang bersinergi untuk melanggar hukum. “Negeri ini persis dengan sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal waktu akan pecah berantakan”. (hal. 116). Mulai dari pengusaha, birokrat, legislatif, pejabat kepolisian, pengurus partai politik dan siapa pun yang merasa berkepentingan dengan hukum ikut tergabung dalam mafia hukum ini. Hukum menjadi bisnis besar mereka. Mereka mempunyai jaringan atau sistem tidak terlihat yang bekerja menggerogoti hukum. Mulai dari level rendah hingga level tertinggi.
Mula-mula Thomas mempunyai klien politik yang hendak mengikuti konvesi calon Presiden dari sebuah partai politik. Kliennya ini orang yang jujur, dia adalah mantan Wali Kota dan Gubernur di Ibu Kota. Inisial namanya JD. Namun ketika dia hendak mengikuti konvesi calon presiden, ada pihak-pihak yang tidak setuju karena jika dia nanti terpilih menjadi presiden misi utamanya adalah menegakkan hukum.
Dalam percakapan Thomas dengan kliennya ini terlihat bahwa kliennya memiliki perhatian tinggi terhadap penegakan hukum. “Kau tahu, Thomas, masalah terbesar bangsa kita adalah penegakan hukum. Hanya itu. Sesederhana itu. Kita tidak saja bicara tentang hukum dalam artian sempit, seperti menangkap orang jahat. Melainkan hukum secara luas, yang mengunci sistem agar berjalan lebih baik, membuat semua orang merasa nyaman dan aman. Jika hukum benar-benar ditegakkan di muka bumi negeri ini, banyak masalah bisa selesai dengan sendirinya”. (hal. 115)
Memang benar, masalah krusial bangsa ini adalah penegakan hukum. Korupsi misalnya, ketika hukum ditegakkan tanpa tawar menawar, pelaku korupsi dengan sendirinya akan tumbang berjatuhan. Pisau hukum bisa menebas mereka dengan hukuman berat dan serius. Penegak hukum juga akan mengejar mereka hingga ke akar-akarnya, tidak peduli siapapun yang mencuri uang rakyat. Pembuktian terbalik dipakai, orang-orang yang tidak bisa membuktikan dari mana semua kekayaannya berasal akan dihukum. Namun, hukum di negeri ini masih jauh dari kata tegak. Alih-alih menegakan hukum, penegak hukumnya malah terlibat kasus korupsi.
Tere berhasil mengadopsi background cerita intrik politik di Indonesia menjadi sebuah novel yang penuh makna. Tere memberikan kita gambaran mudah untuk memahami cerita. Tokoh-tokohnya pun jika disambung-sambungkan akan mudah kita temukan karakternya dengan pentas panggung politik di Indonesia. Mulai dari cerita sidang konvensi sebuah partai besar, Gubernur teladan yang menjadi kandidat kuat calon Presiden, hingga masalah korupsi gedung olah raga.
Seperti karya lain, Tere mencoba mengeksplorasi kenyataan yang ada di masyarakat menjadi karya sastra yang indah. Terlepas dari itu, kita patut mengapresiasi karya-karya tersebut dengan cara membacanya. Meskipun dalam bentuk novel, buku ini “wajib” kita baca. Terutama bagi para politisi yang akan bertarung di pemilu tahun depan.

*)Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya,

#dimuat di Rimanews.com (Rabu, 20 November 2013)

Judul                  : Matahariku Indonesiaku! Gebrakan Orang-Orang      Indonesia Fenomenal Terkini Membasmi Kezhali
Penulis                : Charles Adji Prasodjo
Penerbit              : IRCiSoD (Diva Press)
Cetakan              : November 2012
Tebal                  : 244 halaman
ISBN                  : 978-602-7723-34-4
Peresensi            : Muhammad Ali Murtadlo*)

Buku ini berisi perjalanan hidup tokoh yang sangat berpengaruh saat ini, disertai dengan gebrakan-gebrakan dalam membangun Indonesia agar terbebas dari kezhaliman. Mulai dari sosok Dahlan Iskan, Mahfud MD, Joko Widodo, Sujiwo Tejo, Abraham Samad, Denny Indrayana hingga Anies Baswedan. Mereka adalah tokoh-tokoh penggebrak masa kini yang kiprahnya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Terobosan-terobosan spektakuler dari tokoh-tokoh tersebut diulas dengan bahasa yang ringan, lugas dan mudah dimengerti.
Siapa yang tidak kenal Dahlan Iskan? Mantan Dirut PLN yang saat ini menjadi Menteri BUMN ini menjadi idola publik. Gagasan optimismenya yang bertajuk “Manufacturing Hope (MH)” tersebar di berbagai media di bawah naungan Jawa Pos Group. Pemilik Jawa Pos Group ini bahkan memiliki komunitas fans bernama DahlaNis yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Bahkan menurut salah satu lembaga survei, dia digadang-gadang menjadi calon presiden paling favorit pada pemilu 2014 mendatang.
Kiprah-kiprahnya yang dinilai sangat berani dan melawan arus menjadikan Dahlan diidolakan masyarakat. Beberapa aksinya yang sempat menjadi perhatian publik diantaranya adalah ketika membuka tol Semanggi karena terjadi antrean panjang yang menyebabkan kemacetan, menginap di rumah petani miskin di Sragen, Jawa Tengah, dan lain-lain. Rakyat menganggap bahwa terobosan yang dilakukan oleh Dahlan Iskan adalah langkah yang luar biasa. Karena memang sangat susah menemukan para pemimpin atau pejabat yang berpenampilan sederhana, dekat dengan rakyat dan berani mengambil keputusan demi kepentingan rakyat (hlm 71).
Tokoh lain yang tak kalah fenomenal dengan Dahlan Iskan adalah Joko Widodo, atau yang akrab dipanggil Jokowi. Tidak hanya sukses memimpin Solo, ia juga terpilih menjadi wali kota terbaik  se-Indonesia. Dan saat ini, ia masuk dalam 25 wali kota terbaik sedunia. Kini sosok bersahaja yang murah senyum ini, terpilih menjadi Gubernur DKI. Meskipun demikian, semua prestasi yang telah diraihnya tidak membuatnya sombong, ia tetap rendah hati dan merakyat.
Disamping sosok penggebrak diatas, ada Mahfud MD yang merupakan sosok pemberani dan tulus dalam mendengarkan nurani dan keadilan masyarakat. Mahfud MD telah banyak memberikan banyak terobosan hukum yang memberikan warna pentas hukum di negeri ini. Paling tidak, terobosan-terobosannya bisa menjadi pintu pembuka dan pendobrak bagi tegaknya keadilan dan keberanian di Bumi Pertiwi. Terobosan “bengal” yang paling berani adalah saat Mahfud MD membongkar mafia pemilu pada 2009 (hlm 164).
Tokoh lainnya adalah Denny Indrayana, seorang Wakil Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Republik Indonesia. Pria kelahiran Kota Baru, Kalimantan Selatan ini dinilai sangat berani dalam bertindak. Yang menjadi perhatian publik adalah ketika melakukan Inspeksi Mendadak (sidak) di lapas dan rutan karena mengendus adanya indikasi peredaran narkoba di lapas oleh sipir tahanan.
Yang tak kalah berpengaruhnya adalah Abraham Samad. Dengan semangat anti korupsinya ketua KPK ini bisa dikatakan berhasil mengungkap kasus korupsi yang sebelumnya belum pernah terendus sama sekali. Belum genap dua bulan menjabat Abraham Samad berhasil menyeret Miranda Goeltom, tersangka kasus suap pemilihan Deputi Gubernur BI. Abraham juga berhasil mengungkap kasus korupsi pembanguan Wisma Atlet Hambalang yang sempat menggegerkan dunia perpolitikan Indonesia dengan terbuktinya Anggie menjadi tersangka serta berhasil menyeret beberapa kolega yang terlibat. Dan, akhir-akhir ini berhasil mengungkap kasus Djoko susilo yang merugikan negara ratusan triliun.
Selain itu ada Sujiwo Tejo, seorang budayawan, aktor, penulis, penyanyi, sekaligus pencipta lagu, serta pelukis. Dengan berbagai profesinya itu, Sujiwo memiliki cara tersendiri dalam menyuarakan suara rakyat dan mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat.
Yang terakhir adalah sosok Anies Baswedan. Anies merupakan salah satu figure intelektual muda dan tokoh pendidikan yang mulai dikenal luas sejak ia mencanangkan Gerakan Indonesia Mengajar (IM). Gerakan IM ini dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda para calon pemimpin masa depan agar tidak hanya memiliki bekal world class competence, namun juga memiliki grass grout understanding. Kiprah Anies menuai beberapa prestasi dan pengakuan internasional. Majalah Foreign Policy USA edisi April 2008 memasukan namanya dalam daftar 100 tokoh Intelektual Dunia, dan ia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang masuk di dalam daftar tersebut (hlm 216).
Buku ini patut dibaca oleh siapa saja yang merindukan sosok penggebrak dalam membasmi kezhaliman di negeri ini. Charles Adji Prasodjo melalui buku ini hendak mengajak kita untuk membangun harapan positif, bahwa dibalik kelangkaan figure pemimpin yang mumpuni, masih ada sosok-sosok penggebrak yang patut menjadi panutan.
*) Aktivis Laskar Ambisius (LA), Aliansi Mahasiswa Bidikmisi (AMBISI) IAIN Sunan Ampel Surabaya.
 #dimuat di Metro Riau (Minggu, 01 September 2013)