Quote of The Day
Membaca & menulis adalah kebiasaan, sebuah hasil akhir dari pembiasaan yang terbentuk karena terus menerus mengondisikan diri untuk melakukan dua aktifitas itu. Daripada terbiasa hal lain lebih baik membiasakan diri membaca & menulis.
Pemilik Blog
Muhammad Ali Murtadlo, Salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi Tahun 2010, di Jurusan Ahwalus Syakhsiyah (AS), Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir di Teleng, Sumberejo, Bojonegoro pada 19 Maret 1993 M. Setelah lulus dari Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah (MII) Teleng, melanjutkan pendidikan menengah pertama dan atas selama enam tahun di MAI At-Tanwir, Talun, Bojonegoro. Saat ini sedang giat menulis Artikel, Opini, Esay, Resensi, maupun Puisi. Tulisannya pernah dimuat di beberapa media seperti, Republika, Bali Post, Suara Karya, Sumut Post, Metro Riau, Radar Surabaya, Harian Surya, Duta Masyarakat, Harian Bhirawa, Kabar Indonesia, Rima News, Okezone.com, Lintasgayo, Haluan Kepri,Nu Online, Era Madina dan dimuat di beberapa buletin kampus. Bisa dihubungi di +6285730723885 atau ali_murtadlo22@yahoo.com
Powered by Blogger.
Blog Archive
Topics :
WEB PENULIS
WEB PENERBIT
WEB MEDIA
Labels
Friday 13 December 2013
Judul Buku : Mr.
Ambassador; Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar
Penulis : M.
Indro Yudono
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan :
Pertama, Agustus 2013
Tebal : xxii
+ 260 Hlm
ISBN :
978-979-22-9803-1
Peresensi : Muhammad
Ali Murtadlo*)
Menjadi diplomat adalah profesi yang diincar banyak orang. Karena
selain bekerja, ia dapat menikmati hidup di negeri orang lain. Namun, menjadi
diplomat tidaklah mudah. Seorang diplomat dituntut harus mempunyai kemampuan
yang memadai. Unsur kemampuan pribadi menjadi penting bagi keberhasilan seorang
diplomat. Penguasaan bahasa asing dan kemampuan bergaul serta mengemukakan
argumentasi yang meyakinkan bagi lawan bicara menjadi syarat wajib bagi
diplomat. Selain itu, seorang diplomat harus dapat berkomunikasi dengan baik,
karena esensi penting dari seorang diplomat adalah mempengaruhi atau memikat negara
lain agar mau berunding dan melakukan kerja sama.
Berbicara tentang diplomasi, penting kiranya belajar dari
orang yang sudah berpengalaman menjadi diplomat. Buku “Mr. Ambassador; Dari
Wartawan Foto Menjadi Duta Besar” ini hadir untuk menambah cakrawala baru bagi
diplomat muda. Buku ini ditulis oleh M. Indro Yudoyono, seorang mantan Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang pernah bertugas di KBRI Swiss. Dikemas
dengan bahasa kisah yang ringan dan penuh pengetahuan baru tentang dunia
diplomasi. Buku ini berisi mengenai berbagai hal yang dialami sendiri oleh
penulisnya.
Kisahnya berawal dari “Hitch Hiking” (melakukan
perjalanan dengan menumpang/tidak bayar) semasa dia masih duduk di bangku SMA 6
C Yogya untuk melihat Bali melalui jalur darat. Perjalanan melalui cara yang tidak
wajar itu mulai dilakukan ketika Indro mengirim surat kepada bapaknya yang
intinya meminta ongkos perjalanan Yogya-Bandung. Tapi dijawab oleh bapaknya, “Kalau
mau ke Bandung ya usaha sendiri, kalau cuma minta uang semua orang bisa”.
(Hal. 1) Semenjak itulah Indro belajar mandiri dan tidak menggantungkan orang
tua.
Kemudian berlanjut mengisahkan peristiwa G 30 S, petualangan
menjelajah Indonesia sebagai Wartawan foto IPPHOS (Indonesia Press Photo
Service), melihat Papua tahun 1966 sampai ke Pulau Marore, Pulau terluar
Indonesia. Perjalanan itulah yang mendasari Indro untuk menjadi seorang diplomat.
Ketika menjadi Duta Besar di Swiss Indro mendapat pujian dari
Jaya Suprana. Pianis Internasional yang sukses mengadakan resital tunggal di
Swiss itu mendapat piagam penghargaan atas rekor resital piano tunggal yang
paling banyak di hadiri oleh duta besar yang bertugas di Ibu Kota Swiss.
Penghargaan itu tidak bisa lepas dari peran Indro sebagai Dubes Indonesia di
Swiss. Pasalnya, para dubes dari negara lain begitu menghargai dan menghormati Dubes
Indonesia yang terbukti sangat popular di kalangan para dubes dari segenap
pelosok dunia yang bertugas di Bern, Swiss. (hal. xv)
Selain itu, Indro menjadi salah satu orang beruntung yang
bisa bertemu secara langsung dengan keenam Presiden Republik Indonesia. Dengan
Soekarno, Soeharto, B.J Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang
Yudhoyono dia pernah berjabat tangan. Pengalamannya itu kemudian dikisahkan
apik dalam “Bertemu Dengan Semua Presiden RI, dari Presiden Pertama sampai
Presiden Keenam”. (hal. 228)
Ada beberapa kisah lain yang mengisahkan pengalaman Indro.
Seperti, “Event Organizer Sekretariat Nasional ASEAN, At the End… Mr.
Ambassador!, Courtesy Call, Lain Indonesia, Lain Swiss, Petualangan-Petualangan
Indonesia di Luar Negeri, dan Harta Soeharto di Swiss”. Judul yang terakhir
mengisahkan kemungkinan adanya harta Pak Harto yang disimpan di Bank Swiss.
Bank yang dikenal dunia sebagai bank yang piawai menyimpan rahasia. (Hal. 251)
Melalui 23 kisah-kisah
inspiratif ini Indro membawa kita ke dalam kisah petualangan hidup dan karier
yang unik nan mengagumkan. Pria kelahiran Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 18
Maret 1942 itu telah berkarya di beberapa tempat di luar negri. Diantaranya di
KBRI Canberra pada tahun 1978-1982, Konsulat Jenderal RI (KJRI) Chicago tahun
1985-1989, KJRI Hamburg tahun 1991-1994 lalu tahun sesudahnya, yaitu tahun
1995-1998 diangkat langsung sebagai wakil dubes pada KBRI Bonn-Jerman Barat.
Puncak kariernya adalah sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di
Bern-Swiss, membawahi Kepangeranan Liechtenstein pada tahun 2001-2005.
Dia tidak hanya berhasil melakukan tugasnya dengan
professional, tetapi juga mencerminkan watak, karakter dan pribadi seorang
diplomat yang berfikir matang sebelum bertindak. Selamat membaca!
*) Pustakawan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya
#dimuat di Radar Surabaya, (Minggu, 08 Desember 2013)
Labels:
Resensi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment