Quote of The Day

Membaca & menulis adalah kebiasaan, sebuah hasil akhir dari pembiasaan yang terbentuk karena terus menerus mengondisikan diri untuk melakukan dua aktifitas itu. Daripada terbiasa hal lain lebih baik membiasakan diri membaca & menulis.

Pemilik Blog

Muhammad Ali Murtadlo, Salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi Tahun 2010, di Jurusan Ahwalus Syakhsiyah (AS), Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir di Teleng, Sumberejo, Bojonegoro pada 19 Maret 1993 M. Setelah lulus dari Madrasah Ibtida’iyah Islamiyah (MII) Teleng, melanjutkan pendidikan menengah pertama dan atas selama enam tahun di MAI At-Tanwir, Talun, Bojonegoro. Saat ini sedang giat menulis Artikel, Opini, Esay, Resensi, maupun Puisi. Tulisannya pernah dimuat di beberapa media seperti, Republika, Bali Post, Suara Karya, Sumut Post, Metro Riau, Radar Surabaya, Harian Surya, Duta Masyarakat, Harian Bhirawa, Kabar Indonesia, Rima News, Okezone.com, Lintasgayo, Haluan Kepri,Nu Online, Era Madina dan dimuat di beberapa buletin kampus. Bisa dihubungi di +6285730723885 atau ali_murtadlo22@yahoo.com
Powered by Blogger.
Topics :

Labels

Friday 13 December 2013


                            Judul                  : Life’s Journey; Hidup Produktif dan Bermakna
                            Penulis                : Komaruddin Hidayat
                            Penerbit              : Noura Books (PT Mizan Publika)
                            Cetakan              : Pertama, Juni 2013
                            Tebal                  : 248 halaman
                            ISBN                  : 978-602-7816-53-4
                            Peresensi            : Muhammad Ali Murtadlo*)


Life is a Journey, Hidup adalah pengembaraan. Sebuah perjalanan pada dasarnya adalah sebuah festival untuk merayakan kebebasan. Bukankah semua yang ada ini selalau dalam proses bergerak? Jika hidup diibaratkan kereta, setiap hari ada penumpang naik dan turun. Kelahiran dan kematian selalu hadir berbarengan. Sebelum naik dan setelah turun dimanakah posisi kita? Setiap saat kita bagaikan air yang merembes mencari jalan yang mengantarkan ke samudra. Entah kapan sampainya, kita tidak tahu. Seperti itulah sejatinya hidup.
Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai hal yang menyibukkan. Segala pencapaian ingin diraih. Segenap impian hendak ditaklukan. Kita senantiasa mencari dan bebas bergerak, sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk pengembara. Namun pernahkah kita bertanya, untuk apa semua ini? Mungkinkah kita hanya bergerak seperti mesin yang tak berjiwa? Melalui buku ini, Komaruddin Hidayat mengajak kita berhenti sejenak merenungkan dan menggali lebih dalam, memahami kembali hakikat perjalanan manusia di dunia.
Buku ini merupakan refleksi dan juga teoritisasi dari tahapan-tahapan perjalanan hidup anak manusia sejak kecil hingga tua. Dengan asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat kecenderungan berperilaku yang regular dan laten serta mempunyai perkembangan psikologis yang universal, apapun bangsa dan agamanya.
Dalam diri manusia terdapat arketipe, yakni sebuah struktur kejiwaan yang juga dipengaruhi sistem sosial tempat seseorang lahir dan tumbuh. Dalam bahasa sains, arketipe ini disebut fractals, sebuah struktur yang menyangga dan bekerja bagi eksistensi semesta ini. Arketipe merupakan sebuah kombinasi antara potensi diri yang senantiasa melekat, kebebasan berkehendak dan memilih, serta kekuatan pengaruh lingkungan yang berperan mengarahkan tindakan seseorang. (Hal. 163)
Dengan memahami arketipe seseorang akan sangat terbantu melihat posisi dirinya dalam setiap langkah hidupnya karena arketipe akan menyajikan dan menjelaskan potret diri dalam adegan serial drama dan film kehidupan yang tiap hari kita jalani.
Salah satu arketipe itu ada yang disebut arketipe wanderer, yaitu kecenderungan setiap orang untuk jadi pengelana, pengembara, peziarah atau senang keluyuran. (Hal. 75) Pada anak kecil, ketika memasuki usia tiga tahunan, gejala ini mulai terlihat jelas. Dia tidak bisa tinggal diam. Selalu ingin mengenal objek-objek yang baru. Rasa penasaran untuk mengetahui benda-benda asing sangat tinggi. Pada usia ini orang tua dituntut selalu mengawasinya. Dorongan selalu berkelana untuk memperluas wawasan dan pengalaman baru ini tetap melekat sampai tua. Karena itu yang namanya agenda ziarah, hijrah, migrasi, rekreasi, pesiar, turisme, jalan-jalan, berlibur, riset, dan semacamnya tidak akan pernah hilang dalam kehidupan masyarakat.
Manusia dicipta sebagai pengembara. Tak ada manusia yang bisa diam. Pikiran dan imajinasinya selalu bergerak melakukan pengembaraan tanpa batas. Yang namanya rumah sesungguhnya dibangun hanya sekedar sebagai tempat istirahat dan transit. Begitu juga mobil, pesawat dan kendaraan lain dibuat dan dibeli untuk memudahkan perjalanan. Kartu kredit dipromosikan juga untuk menemani perjalanan. Pendeknya, manusia adalah makhuk peziarah.
Termasuk di dunia ini pun sejatinya dalah tempat transit dalam perjalanan panjang anak manusia. Bukankah dunia dan bumi ini bukan rumah permanen kita? Rasulullah Muhammad menyebut dunia ini sebagai tempat bercocok tanam, dan penennya sebagian kecil dinikmati sekarang, here and now, sebagian besarnya nanti setelah kita melalui tahapan selanjutnya, entah di mana. Karena hidup adalah sebuah ziarah atau perjalanan, pilihan terbaiknya mari kita rayakan bersama agar terasa mengasyikan, damai, dan jangan lupa mewariskan tanaman kebajikan untuk kita panen, baik di hari tua maupun setelah kita mati.
Dalam perjalanan, kita memiliki kebebasan untuk membuat keputusan hendak melangkah kemana. Namun, tak ada kebebasan tanpa batasan dan keterikatan. Batasan-batasan itulah yang akan membentuk sebuah aturan yang harus dipatuhi. Sehingga, dialektika antara kepastian dan kebebasan manusia sering diibaratkan sebagai permainan catur. Dalam bermain catur akan dijumpai aturan gerak dan arah yang tidak bisa ditawar, walaupun diikuti. Namun di sana tetap tersedia ruang kebebasan untuk bermanuver, apa dan siapa yang mau digerakan sehingga ujungnya ada yang kalah dan menang. Di sana terdapat kebebasan dalam kepastian aturan, tetapi juga ada kepastian yang yang tetap menyediakan kemerdekaan untuk memilih dan bergerak. Kita semua sejatinya melakukan life’s journey. Kita akan menemukan ruang kebebasan untuk berinisiatif membuat langkah ke depan agar hidup menjadi produktif dan bermakna. Buku ini patut dibaca oleh semua kalangan yang hendak mencari makna dibalik pengembaraan hidup. Selamat membaca!

*)Akademisi di Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya

#dimuat di rimanews.com (Selasa, 27 Agustus 2013)

0 comments: